Monday, July 29, 2013

Review of Sailor Moon Live Action




"In the power of the moon, i will punish you!"
Anime Sailor Moon karya Naoko Takeuchi kala itu benar-benar booming dan merambah ke seluruh dunia. Pada tahun 1992 - 1997, Sailor Moon series merupakan salah satu anime yang paling diminati oleh pria maupun wanita. Para penggemar Sailor Moon juga tentunya tahu bahwa pada tahun 2003 telah dibuat Sailor Moon live actionnya. Live action? Ya betul, seperti dugaan teman-teman bahwa Sailor Moon live action adalah serial tokusatsu yang dibintangi oleh manusia asli. Bintang-bintang dari Jepang.
Sailor Moon live action ini memang diisi dengan pertarungan Usagi dan kawan-kawan dalam memberantas youma (nama lain dari monster). Namun dalam seri ini lebih dikedepankan drama mengenai persahabatan. Suka duka tentang persahabatan dibahas habis dalam seri ini. Karakter-karakter tokohnya juga dijabarkan dengan jelas dan mengena, sehingga Sailor Moon Live action adalah seri yang wajib ditonton oleh penggemar Sailor Moon. Ditambah lagi pemilihan bintang-bintang yang memerankan tokoh Sailor Moon dan kawan-kawan terasa pas, sehingga karakter tersebut lebih hidup.
         Sebelum kita melakukan pembahasan lebih jauh mengenai Sailor Moon live action, ada baiknya apabila kita kembali mengulas seperti apa sinopsis cerita Sailor Moon baik di anime, maupun di live action. Kemudian kita akan menarik benang merah di antara kedua versi Sailor Moon tersebut. Tak lupa pula kita akan membongkar perbedaan-perbedaan apa yang mencolok. Karena memang banyak yang membedakan antara kedua seri tersebut.
Sinopsis
Usagi Tsukino merupakan gadis yang ceria namun ceroboh. Akibat kecerobohannya tersebut dia sering tertimpa masalah, sehingga dia menjadi bulan-bulanan Shingo Tsukino, adiknya. Suatu hari, seperti biasa Usagi terlambat ke sekolah. Saat dia sedang berlari-lari mengejar waktu, tiba-tiba dia bertemu dengan Luna, seekor kucing misterius. Awalnya Usagi tak terlalu memikirkan kucing tersebut, hingga malamnya kucing tersebut menemui Usagi di kamarnya, lalu mengubahnya menjadi Sailor Moon. Tugas utama Usagi sebagai Sailor Moon adalah dia harus mencari Kristal perak dan menemukan siapakah princess sebenarnya. Usaha Usagi menemukan Kristal perak dihalangi oleh musuh yang juga sama-sama mengincar Kristal perak. Mereka adalah dark kingdom, yang terdiri dari Queen Beryl dan keempat anak buahnya, Shitennou, yakni Jadeite, Nephrite, Kunzite, Zoisaite. Namun ternyata Usagi tidak bertarung sendirian. Satu persatu dia bertemu dengan rekan-rekannya, yakni Sailor Mercury, Sailor Mars, Sailor Jupiter, dan Sailor Venus. Ada juga laki-laki misterius yang selalu menolong prajurit Sailor jika mereka sedang terdesak, yakni Topeng Tuxedo.
 Itu adalah cerita utama yang mendasari dari kisah anime seri maupun live action seri. Namun jangan pikir kedua seri ini sama saja. Seri live action sangatlah berbeda, hingga membuat kita sedikit kebingungan mengenai perbedaan-perbedaan yang memang mencolok. Sebelum itu kita akan membahas mengenai karakter-karakter pada Sailor Moon live action:
1.      Usagi Tsukino / Sailor Moon, diperankan oleh Sawai Myuu

Pada seri live action ini digambarkan bahwa Usagi adalah gadis ceria yang ceroboh dan sering terlambat ke sekolah, sama seperti animenya. Namun yang mengejutkan adalah penggambaran karakter tersembunyi Usagi yakni Usagi sama seperti Metallia, yang tak peduli dengan bumi, dan dia berubah menjadi sosok yang akan menghancurkan bumi.
2.      Ami Mizuno / Sailor Mercury, diperankan oleh Chisaki Hama  
Ami Mizuno digambarkan sebagai gadis pintar yang ber – IQ tinggi, namun terkesan angkuh karena tak mau bergaul. Pada seri live action digambarkan bahwa Ami lebih pemalu dan lebih tertutup daripada versi animenya. Di sini Ami terkesan rapuh. Dia sangat ingin mempunyai sahabat, sehingga dia senang kepada Usagi, dan ingin menjadi sahabatnya. Awalnya dia tak mau berubah menjadi Sailor Mercury karena menyangka bahwa Usagi  mau berteman dengannya hanya karena mereka sama-sama prajurit sailor.
3.      Rei Hino / Sailor Mars, diperankan oleh Keiko Kitagawa

Rei adalah pendeta kuil Hikawa. Di sekolah dia sering di-bully oleh teman-temannya karena dia dianggap aneh Di sini ia digambarkan sebagai gadis tegas dan pemarah. Dia sangat sulit untuk percaya pada orang lain, dan lebih mengandalkan diri sendiri.  Bahkan dia menolak untuk berteman dengan Usagi dan Ami. Rei juga tidak suka karaoke, berbeda dengan versi animenya yang menyatakan bahwa Rei bercita-cita ingin menjadi penyanyi. Perbedaan lainnya yang mencolok adalah Rei tidak suka laki-laki, sedangkan pada versi animenya Rei mulai membuka hati pada teman sesama pendeta, yakni Yuichiro.
4.      Makoto Kino / Sailor Jupiter, diperankan oleh Azama Myuu
Makoto adalah gadis tomboy yang jago berkelahi. Tenaganya bahkan lebih kuat daripada laki-laki, sehingga membuat dia disegani oleh teman-teman sekolahnya. Namun sebenarnya Makoto adalah gadis yang feminim karena dia suka memasak dan menjahit boneka-boneka untuk gantungan handphone. Akibat trauma yang dialaminya pada waktu kecil yakni karena ditinggal oleh orangtuanya, teman-temannya, dan pacarnya, Makoto menjadi percaya bahwa dirinya lebih baik sendiri. Dia tidak mau didekati oleh laki-laki, termasuk pekerja Crown karaoke, Furuhata Motoki yang naksir kepadanya. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan versi anime yang menyatakan bahwa Makoto sangat menyukai laki-laki, dan terobsesi pada kakak kelasnya. Dia juga naksir kepada Motoki (pada animenya digambarkan bahwa Motoki adalah pekerja game centre) namun sayangnya hanyabertepuk sebelah tangan.
5.      Minako Aino / Sailor Venus, diperankan oleh Ayaka Komatsu
Minako adalah seorang penyanyi yang sangat digemari oleh Usagi, Ami, dan Makoto. Lagu-lagunya mampu membuat semangat Usagi dan teman-temannya. Perjumpaan Minako dengan Rei di gereja membuka identitas Minako bahwa ternyata Minako adalah Sailor Venus. Di versi live action Minako digambarkan sebagai gadis yang pemurung dan terlalu dibebani oleh ingatan masa lalu. Belum lagi dia mempunyai penyakit yang membuatnya sering jatuh pingsan. Berbeda dengan versi animenya. Di sini digambarkan bahwa Minako merupakan gadis yang ceria, dan merupakan rival terberat Usagi dalam bermain game. Pada versi anime Minako baru bercita-cita menjadi idola, belum menjadi idola.
Bagian mana sih persahabatan yang menyentuh?
Banyak adegan-adegan persahabatan pada episode-episode awal yang membuat serial ini menarik, yakni:
1.      Pertengkaran Rei dan Makoto
Rei sama sekali tidak mau dimanfaatkan oleh Usagi untuk membantu mengerjakan PRnya. Menurut Rei, kesalahan yang dilakukan akibat kecerobohan diri sendiri harus diperbaiki oleh diri sendiri, dan jangan mengandalkan orang lain. Namun Makoto bersikeras untuk membantu jikalau teman mengalami kesulitan. Perbedaan prinsip tersebut membuat Rei dan Makoto bertengkar.
Karena merasa tidak enak, maka Usagi menyuruh Makoto agar berbaikan dengan Rei. Makoto pun menyetujuinya. Namun saat Makoto pergi ke kuil Hikawa, secara tidak sengaja dia mencuri dengar mengenai pembicaraan Rei dengan ayahnya melalui telepon genggam. Makoto menjadi khawatir. Namun Rei malah marah dan tidak menyukai perilaku Makoto yang suka menguping. Suasana semakin tegang.
Esoknya Makoto mencoba untuk kembali berbaikan dengan Rei. Makoto terkejut ketika dia melihat Rei ditarik paksa masuk ke dalam mobil. Makoto pun mengejar mobil tersebut.
Apa yang membuat adegan ini menarik dan mengharukan?
Di sini digambarkan sebuah persahabatan, dimana Makoto bertekad untuk menyelamatkan Rei karena berpikir Rei telah diculik. Ini membuktikan bahwa Makoto tetap peduli terhadap Rei meskipun mereka sebenarnya sedang bertengkar.
2.      Ami cemburu melihat kedekatan Usagi dengan Naru
Saat Usagi sedang dipengaruhi musuh dan terancam akan berubah menjadi youma, Naru datang ke rumah Ami untuk menemui Usagi. Ami pun khawatir Naru akan mengetahui semuanya. Maka dengan terpaksa Ami mencoba untuk menghalangi niat Naru bertemu dengan Usagi. Naru menjadi salah paham dan membenci Ami.
 Persaingan Ami dan Naru dalam memperebutkan Usagi pun mulai memanas, di saat pelajaran bahasa Inggris di kelas. Naru menuduh Ami berpura-pura mengalah demi menarik simpati. Usagi pun menjadi bingung akibat permusuhan dua sahabatnya itu.
Suatu hari Ami kembali dipertemukan dengan Naru. Di sana Ami menjadi saksi saat Naru diculik oleh youma. Ami pun menyesal karena tidak dapat menyelamatkan Naru. Usagi, Ami, dan Rei pun berusaha keras menyelamatkan Naru, namun Ami terlihat lebih mati-matian. Usagi kagum akan usaha Ami, dan memujinya. 
Rei pun curiga ada yang tidak beres dengan Ami. Setelah diselidiki, rupanya Ami merasa bersalah karena dalam hati kecilnya dia tidak suka kepada Naru. Dia tidak suka jika Naru terlalu dekat dengan Usagi. Dia ingin agar Usagi hanya berteman dengannya.

Review Film Another Live Action


Ketika ada “Yang lain” yang menyelinap masuk, dan ikut hidup bersama kita.

Saya menonton film ini karena memang saya nge-fans dengan artis muda Hashimoto Ai. Setelah saya tonton, rasanya saya tidak menyesal telah menontonnya. Ide film ini lumayan unik dan beraliran thriller - fantasi. Film yang disutradarai oleh Takeshi Furusawa ini merupakan adaptasi dari anime yang berjudul sama yakni Another (dalam katakana Jepang dibaca: A-Na-Za-).

Cerita ini bersetting di kota Yomiyama, pada tahun 1998. Film ini dibuka dengan adegan Sakakibara Kouichi (Kento Yamazaki) yang sedang menderita sesak nafas, dan sedang dilarikan ke rumah sakit. Dalam koma, Kouichi bermimpi bahwa dirinya bertemu dengan ibu kandungnya yang sudah meninggal sejak 15 tahun lalu. Saat Kouichi hendak menghampiri ibunya, ada seorang gadis berseragam SMP yang menahannya. 


Mimpi Kouichi berlanjut di dunia nyata. Saat Kouichi sedang berjalan di lorong rumah sakit, dia melihat gadis yang sama seperti di dalam mimpinya. Gadis itu berwajah dingin, mata kirinya ditutup dengan penutup mata, dan dia berjalan pelan dengan membawa sebuah boneka. Kouichi yang penasaran memutuskan untuk mengejar gadis itu hingga ke dalam lift. Namun sakit di dadanya, membuat dia tidak dapat bertanya lebih lanjut kepada gadis misterius itu. Ditambah lagi, gadis itu seperti menghindari Kouichi. Mengapa saya katakan “seperti” menghindari? Karena gadis itu selalu muncul dimanapun Kouichi berada, namun selalu menghilang tatkala Kouichi hendak mengejarnya.

Saat Kouichi dinyatakan sembuh, dia segera masuk ke sekolah baru, tepatnya di kelas 3-3. Di kelas itu pula Kouichi melihat gadis itu duduk di bangku paling belakang. Ketika Kouichi bertanya mengenai  gadis itu kepada teman-teman sekelasnya, tak ada satu murid pun yang mengetahui. Kouichi mulai berpikir bahwa gadis itu adalah hantu yang berkeliaran. Rasa penasaran Kouichi semakin memuncak. Dia heran apa yang sebenarnya diinginkan oleh gadis itu. Dan siapa gadis itu? Namun sayangnya, teman-teman sekelasnya sama sekali tidak mau memberikan informasi apapun. Mereka seolah-olah menyembunyikan sesuatu.

Rasa penasaran Kouichi membuatnya terus menyelidiki mengenai gadis itu. Hingga suatu ketika Kouichi berhasil mengungkap nama gadis itu, yakni Misaki Mei (Hashimoto Ai). Teman-teman sekelasnya yang merasa gerah terhadap tingkah laku Kouichi, mulai bercerita bahwa 26 tahun lalu ada seorang gadis yang meninggal. Gadis itu bernama Misaki. Misaki adalah seorang gadis populer yang sangat disayangi oleh teman-temannya. Karena teman-teman sekelasnya tidak dapat menerima kematian Misaki, maka teman-temannya menghadirkan sosok Misaki dalam bentuk boneka. Mereka memperlakukan boneka itu seperti Misaki. Namun sejak saat itu, kematian-kematian aneh mulai terjadi. Fenomena itu melibatkan murid-murid kelas 3-3, dan juga kerabat murid. Semuanya meninggal dalam cara yang aneh.

 Saat kelulusan, wali kelas 3-3, Chibiki sensei, menemukan keanehan pada kelas 3-3. Ada sebuah bangku “lebih”. Dia tidak mengenali siapa murid itu. Dia menyadari ada seseorang yang seharusnya sudah mati, kembali hidup dan menyamar menjadi siswa di dalam kelas. 

Peraturan pun dibuat untuk membuat jumlah murid tetap seimbang. “Peraturan” yang tidak diketahui oleh Kouichi ini pun membuat kematian demi kematian kembali terjadi. Korbannya adalah teman-teman sekelas Kouichi sendiri, guru, dan juga kakak dari Mizuno (Salah satu murid yang ada di kelas 3-3 itu).

Menurut saya kematian-kematian yang dialami oleh para korban cukup sadis, dan membuat saya menutup mata karena tak berani melihatnya. Tapi jangan khawatir. Tak sepenuhnya film ini bernuansa gelap dan sadis. Film ini juga diisi oleh romantisme persahabatan yang terjalin di antara Kouichi dan Misaki Mei. Akting para pemain oke. Tetapi menurut saya akting pemain utama agak kaku. Ekspresi wajahnya terlalu datar, sehingga tidak dapat membangun “atmosfer” yang tepat. Contohnya saat dia melihat teman sebangkunya meninggal di depan matanya. Ekspresi yang ditampilkan oleh Kouichi sangat tidak natural, dan cenderung datar. Ekspresi wajah Kouichi seperti berkata “Ah, ini hal yang biasa.”. Sedikit aneh, karena di film itu, Kouichi baru pertama kali melihat ada orang mati di depan matanya. Tidakkah seharusnya dia melongo, atau menjerit? Atau minimal keringat dingin.

Lupakan soal itu. Menurut saya film ini cukup menghibur, karena banyak bintang-bintang muda yang segar. Di satu sisi film ini juga membutuhkan konsentrasi yang tinggi, agar kita mampu memahami seluruh jalan ceritanya. Jadi saya sarankan jangan pernah ketinggalan satu menit pun ketika menonton film ini, atau anda akan dibuat bingung.
 

Tuesday, July 23, 2013

Coretan Karya

Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Sedangkan manusia mati meninggalkan nama. Berdasarkan prinsip itulah saya ingin membuat nama saya memiliki arti lebih daripada sekedar sebuah nama. Saya ingin membuat orang mengingat nama saya dalam arti yang positif.

Dengan cara apa?

Berkarya! Ya, berkarya! Apapun dan siapapun kamu, mari kita berkarya! Gunakan kemampuan kita dalam hal yang positif. Jangan batasi kelebihan kita dengan mengedepankan kelemahan kita. Dengan banyak berkarya maka kita akan kaya! Kaya hati, kaya pikiran, kaya sosialisasi, dan tak menutup kemungkinan untuk kaya secara finansial.

CORETAN KARYAKU YANG DITERBITKAN:
1. CERDAK "FRIENDSHIPLOUS" (Story Teenlit Magazine 44) - Mei 2013

2. BUKU ANTOLOGI #JAPANINLOVE "SNOW IN THE HEART" (Penerbit DivaPress) - April 2013
    

3. "NOVELET NATAL UNTUK BANG DOY" (Story Teenlit Magazine 40) - Desember 2012

4. ANTOLOGI PANCI WASIAT KAKEK KUMA (CERPEN: SAPI SERAKAH DAN SANG KELEDAI)- JULI 2013

 5. A CUP OF TEA CINTA BUTA- PENERBIT STILETTO BOOK. 2014
6. FROM WISDOM TO FREEDOM- PENERBIT DIVAPRESS.2014

Thursday, July 11, 2013

Tokoh-Tokoh Confessions / Kokuhaku. 2010.

Seseorang yang awalnya ingin membunuh, malah tidak berhasil membunuh.
Tetapi orang yang tidak bermaksud untuk membunuh, malah berhasil melakukan pembunuhan.

Yuko Moriguchi
Diperankan oleh: Takako Matsu


Seorang guru yang sangat peduli akan murid-muridnya (Digambarkan dengan adegan Moriguchi yang mengambilkan alat tulis siswinya yang terjatuh ke lantai). Dia mengalami penderitaan psikologis ketika suaminya meninggal karena penyakit HIV AIDS, dan anak perempuannya yang masih berusia tiga tahun meninggal karena dibunuh oleh dua orang siswa yakni Shuya dan Naoki. Saat mengadukan masalah ini kepada ibu Naoki, Moriguchi sensei malah dibentak-bentak oleh Ibu Naoki. Oleh karena itu Moriguchi sensei merencanakan akan sebuah aksi balas dendam, meskipun dia sudah diperingatkan oleh suaminya bahwa membalas dendam itu adalah perbuatan tidak baik.

Watanabe Shuya
Diperankan oleh: Yukito Nishii

Seorang siswa kesepian yang berusia 13 tahun. Pada saat dia masih kecil, dia sering dijadikan ajang untuk pelampiasan obsesi ibunya. Shuya juga sering mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ibunya, hingga suatu saat ibunya pergi meninggalkan Shuya. Kala itu ada gelembung sabun yang meletus di telinganya, tepat di saat dia tengah meratapi kehilangannya akan seorang Ibu. Bunyi letusan itulah yang tertanam di benak Shuya. Kini Shuya diasuh oleh seorang Ayah dan Ibu tiri.

Shuya berusaha keras untuk mendalami ilmu pengetahuan dan menciptakan karya-karya ilmiah demi menarik perhatian ibunya. Dia berhasil menciptakan jam yang berputar terbalik, dan aneka penemuan lain, kemudian mencatatnya ke dalam blog pribadinya. Sayangnya tidak ada tanggapan apapun dari ibunya. Hingga suatu saat Shuya berhasil menciptakan dompet listrik. Dompet listrik itu juga berhasil memenangkan lomba karya ilmiah. Tetapi berita kemenangannya tertutup akan sebuah peristiwa tragis tentang Lunacy, seorang gadis remaja yang membunuh keluarganya sendiri. Shuya yang kecewa akhirnya memutuskan untuk "membunuh", sebagai cara untuk menarik perhatian ibunya.

Naoki Shimomura
Diperankan oleh: Kaoru Fujiwara


Naoki adalah seorang anak yang terlalu dimanja oleh ibunya. Dia merupakan siswa kesepian yang tidak mempunyai teman, dan merasa hidupnya tidak berguna. Suatu saat Shuya mendekati Naoki, dan mengajaknya untuk berteman. Naoki senang karena dirinya mendapatkan teman baru. Hingga suatu ketika Shuya mengajak Naoki untuk membunuh seseorang, siapapun itu. Akhirnya Naoki mengusulkan untuk membunuh anak Moriguchi sensei. Naoki sakit hati ketika Shuya akhirnya mengatakan bahwa Naoki adalah orang yang tidak berguna, dan tidak mampu melakukan apapun.

Mizuki Kitahara
Diperankan oleh: Ai Hashimoto

Seorang ketua kelas kesepian. Dia terobsesi akan Lunacy, dan menggambar simbol Lunacy di pergelangan tangannya. Meskipun terlihat tidak peduli akan orang lain, tetapi dia mempunyai cinta yang tulus, terutama kepada Shuya. Sayangnya, dia harus menerima kenyataan bahwa Shuya menganggap Mizuki sebagai alat untuk membunuh waktu luang.

Naoki's mother
Diperankan oleh: Yoshino Kimura

Seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya, dan selalu menganggap bahwa Naoki adalah anak yang baik. Dia tidak mau menerima kenyataan bahwa Naoki telah membunuh anak Moriguchi sensei. Ibu Naoki tetap berusaha mati-matian untuk membela Naoki.

Namun setelah peristiwa pembunuhan itu, ibu Naoki menjadi depresi melihat tingkah laku anaknya yang sering menjerit-jerit histeris, dan juga tidak mau membersihkan diri. Hal itu membuat tubuh Naoki menjadi sangat kotor. Berlawanan dengan itu, Naoki malah rajin membersihkan seluruh peralatan rumah tangga.

Akhirnya ibu Naoki mendapatkan pengakuan dari Naoki bahwa anak itu mengidap penyakit AIDS. Ibu Naoki menjadi sangat depresi sehingga memutuskan untuk membunuh Naoki dengan menggunakan pisau dapur. Sayangnya, Naoki yang histeris, tanpa sengaja malah membunuh ibunya sendiri.

Review Film Confessions (Kokuhaku)


                                             
Jika anda sedang mencari film psikologi thriller yang memukau untuk ditonton saat akhir pekan, film Confessions dapat dijadikan pilihan. Film yang disutradarai oleh Tetsuya Nakashima ini diadaptasi dari novel best seller karya Kanae Minato. Novel psikologi thriller ini berhasil menyabet penghargaan 2009 Honya Taisho award. 

Suasana cerita cukup gelap, sesuai dengan sisi gelap para tokoh-tokohnya. Cerita ini dibuat dengan konsep pikiran dan “pengakuan” para tokoh utama. “Pengakuan” ini jugalah yang menjadi penggerak jalan cerita. Meskipun adegan-adegan yang ditampilkan tidak runut, melainkan melompat-lompat, namun alur film ini sangat rapi dan cukup logis. Pastinya anda juga akan bersimpati terhadap para tokoh, yang jahat sekalipun. Akting yang memukau serta jalan cerita yang unik, membuat film ini terkesan penuh warna, di tengah-tengah konsep yang sengaja dibuat kelabu.

Film ini dibuka oleh adegan murid-murid SMP  yang sedang minum sekotak susu. Suasana kelas digambarkan bising. Seluruh murid-murid kelas itu sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, dan sama sekali tidak memperhatikan  Moriguchi  sensei yang sedang mengajar di depan kelas. Moriguchi Sensei bercerita mengenai kesedihan yang dialaminya karena kehilangan suami dan anak perempuannya. Suaminya meninggal karena penyakit HIV AIDS, sedangkan anak perempuannya meninggal karena dibunuh. Kemudian Moriguchi sensei mengaku bahwa anaknya dibunuh oleh dua orang murid di dalam kelas itu. Mendengar hal tersebut, seluruh konsentrasi para murid langsung terfokus kepada Moriguchi sensei. Dari sinilah semua cerita bermula. Inilah tema utama yang menggerakkan seluruh pokok-pokok masalah dalam film ini.


Kita tidak diajak untuk mengungkap siapa kedua pembunuh tersebut. Ini bukan film detektif. Moriguchi sensei sudah mengungkap siapa kedua pembunuh tersebut dengan menyebutkan ciri-ciri dan kebiasaan mereka secara lengkap. Sebut saja murid A dan murid B. Moriguchi sensei juga mengaku bahwa dia telah menyuntikkan darah suaminya yang terjangkit HIV AIDS ke dalam susu kotak yang diminum oleh mereka. Murid A langsung berlari ke luar kelas dengan telapak tangan yang menutup mulutnya. Sedangkan murid B terpaku di tempatnya dengan ekspresi wajah shock. Setelah selesai bercerita, Moriguchi sensei menutup mata pelajaran hari itu. Itu juga merupakan hari terakhirnya mengajar di sana.

Kita akan mengira bahwa film ini terlalu cepat tamat. Pada mulanya saya juga berpikir seperti itu. Pembunuhnya sudah terungkap. Sang tokoh utama resign. Lalu apa lagi? Ternyata saya terkecoh. Film ini masih panjang. Semuanya menggambarkan kehidupan murid A dan murid B seusai aksi pembunuhan itu. Kehidupan yang penuh tekanan tentunya.

Hari baru dimulai dengan guru baru. Cerita selanjutnya diambil dari sudut pandang Mizuki Kitahara, seorang ketua kelas yang tertutup dan kesepian. Dia melihat bahwa murid B tidak masuk sekolah lagi. Murid B depresi, dan mengurung diri dalam kamarnya. Sedangkan murid A tetap masuk dan belajar seperti biasa walau diiringi oleh tatap cemooh teman-teman sekelasnya. Suasana “ijime” atau “bully”sangat kental terasa. Hampir seluruh murid melakukan ijime terhadap murid A, dan semua tindakan ijime tersebut dihitung dalam angka.

Pada pertengahan cerita akan dijelaskan apa yang menyebabkan murid A dan murid B melakukan pembunuhan itu. Semuanya mengundang rasa kasihan sekaligus geram. Menurut saya film ini sangat lengkap. Ada kasih sayang, ada obsesi, ada cinta remaja, ada pembunuhan, ada juga pengkhianatan. Semuanya ditutup oleh adegan balas dendam yang cerdas, manis, tetapi mengerikan. Banyak orang-orang tak bersalah yang akhirnya ikut menjadi korban dalam aksi balas dendam ini. Film ini sangat layak untuk dintonton, karena idenya cukup segar.